Sunday, November 05, 2006

Life of Pi

Yann Martel menulis Life of Pi pada tahun 2001. Namun, buku ini baru keluar di Indonesia pada tahun 2005. Sepertinya ini sudah menjadi pola, buku-buku bagus selalu terlambat 4 atau 5 tahun untuk diterjemahkan ke Bahasa Indonesia. Tidak ada pasar mungkin, atau mungkin juga tidak ada kejelian dari pihak penerbit untuk mengetahui buku mana yang bagus atau tidak sehingga perlu untuk dilempar ke pasaran. Biasanya setelah buku tersebut beredar setahun dua tahun di pasaran dan kemudian menjadi hit, di-shortlisted untuk penghargaan tertentu barulah para penerbit sudi untuk bersusah payah menerjemahkan dan lalu melepasnya ke khalayak.

Buku ini memperoleh penghargaan Man Booker Prize, meskipun dengan banyak anggapan bahwa pemberian penghargaan ini adalah suatu kesalahan. Alasannya sederhana saja, Yann Martel dituduh melakukan plagiarisme. Martel dianggap mencuri gagasan dari penulis Brazil keturunan Yahudi, Moacyr Scliar, meskipun Martel dalam novelnya sudah menuliskan rasa terima kasih pada penulis Brazil ini. Scliar pun menuntut meskipun kemudian dibatalkannya setelah lobi-lobi yang dilakukan oleh Martel.

Terlepas dari semua tudingan dan perkara ini, The Life of Pi adalah novel yang bagus, jika enggan mengatakan luar biasa. Seperti yang dikatakan oleh salah satu tokohnya, "Setelah mendengar cerita ini, kamu akan percaya pada Tuhan". Cerita luar biasa ini berkisah mengenai pejuangan bertahan hidup seorang bocah bernama Piscine Moritol Patel - Pi. Pi, pada suatu malam di tahun 1977, karam di tengah samudra pasifik. Hanya ia satu-satunya manusia yang berhasil selamat dan dengan aman berada di atas sebuah sekoci. Namun, Pi tidak menyangka bahwa ia bukanlah satu-satunya makhluk yang selamat, karena di sekoci itu terdapat seekor hyena, zebra yang patah kakinya, seekor tikus, orang utan betina, dan yang paling mengejutkan adalah kehadiran seekor harimau Royal Bengal seberat 225 kilogram bernama Richard Parker.

Pemilihan nama Richard Parker sendiri ternyata cukup unik. Martel mengatakan bahwa pemberian nama Richard Parker pada harimau Royal Bengal tersebut diinspirasi setidaknya oleh tiga buah kisah. Sayangnya saya hanya mengingat satu kisah saja, karena kisah nyata ini sedikit membuat bulu kuduk berdiri. Pada tahun 1840, sebuah kapal tenggelam, hanya empat orang yang selamat. Tiga orang di antaranya adalah awak kapal sedangkan seorang lagi adalah penumpang kapal yang masih bocah. Setelah dua minggu terombang-ambing di lautan, pasokan makanan mereka habis. Tidak ada alat pancing, jala, atau apapun yang dapat menjadi alat bantu mendapatkan ikan kala itu. Setelah berhari-hari dalam kondisi seperti ini, akhirnya salah satu pelaut mendapatkan ide: supaya mereka dapat selamat, salah satu dari mereka harus berkorban. Bocah kecil itulah yang dipilih, tentu karena bocah ini yang paling lemah, dan bocah ini juga bukan salah satu dari mereka. Demikianlah dari hari ke hari, sedikit demi sedikit, sepotong demi sepotong, sesuap demi sesuap, mereka mulai memakan bocah ini hidup-hidup. Pada akhir cerita tiga orang pelaut ini selamat dan dibawa ke pengadilan atas tuduhan pembunuhan seorang manusia bernama Richard Parker, sang bocah.

Kembali ke Richard Parker sang harimau. Setelah beberapa minggu hanya dua makhluk yang berada dalam sekoci. Pi dan Richard Parker. Pi harus bertahan hidup dan dari titik inilah cerita menjadi benar-benar hidup.

Pada bagian-bagian akhir, cerita ini mulai menyimpang ke arah surealis-magis. Pertemuan dengan koki perancis buta yang terombang-ambing di lautan pasifik sampai pada pendaratan di sebuah pulau, yang kemudian diketahui bahwa ternyata pulau ini adalah kumpulan ganggang karnivora. Saya sedikit bingung pada titik ini, kesia-siaan, pikir saya. Sebuah cerita yang sudah dibangun di atas fondasi yang kokoh dan nyata harus berakhir seperti ini. Tapi kemudian, Martel membanting kembali cerita ini ke fondasinya yang kokoh. Pada saat Pi selamat dan dirawat di sebuah rumah sakit di Meksiko, ia didatangi dua orang Jepang yang bertugas untuk menyelidiki kecelakaan kapal yang dinaiki Pi, setalah mendengar cerita Pi mereka menyatakan keraguannya. Tidak mungkin, sahut kedua Jepang itu, seorang bocah, sebuah sekoci, dan seekor harimau terlalu sulit dipercaya oleh akal sehat. Terlebih lagi pulau karnivora dan pertemuan dengan koki perancis. Pada saat inilah Pi menceritakan versi lain cerita ini yang 'tanpa binatang-binatang' jika itu dapat memuaskan pikiranmu yang kering dan tanpa imajinasi, ucapnya. Tentu saja andalah yang memilih antara 'versi dengan binatang-binatang' dan 'versi lain yang tanpa binatang-binatang' yang kering dan tidak imajinatif.

“If you stumble at mere believability,” Pi replies, “what are you living for?… Love is hard to believe, ask any lover. Life is hard to believe, ask any scientist. God is hard to believe, ask any believer.”

1 comment:

Ghafur&Mia said...

san :D selamat yaaa.. dah lulus ey!!
blognya diupdate trus dong.. jangan 3 bulan sekalih gituh atuh! ceritanya seru2 kok ;) hehehe
smoga cepet dapet kerjaan n sukses lah jadi eksekutip! :D cayo san!!